Skip to main content

Posts

Showing posts from October, 2020

Sayapku Patah Satu

Awalnya kedua sayapku baik-baik saja. Bisa terbang jauh bahkan mampu ketika diajak terbang tinggi ke tempat yang terjauh. Sayap-sayapku tak pernah aku biarkan terluka. Sayap-sayapku kujaga dengan baik.  Sampai suatu saat, aku menabrak sesuatu. Salah satu sayapku terluka. Kuobati setengah mati sampai hampir sembuh. Aku bahagia salah satu sayapku hampir sembuh. Aku rasa tak perlu terlunta kembali. Aku bisa terbang lagi. Akhirnya aku terbang lagi. Aku terbang ke tempat yang kukira indah. Namun, di perjalanan aku kembali menabrak sesuatu yang lebih keras dan besar . Dan, membuat sayapku yang hampir sembuh patah. Aku tak bisa terbang lagi. Sayapku akhirnya patah satu.  Sayapku hanya satu. Aku tidak mau terbang lagi. Aku tidak akan pernah bisa terbang lagi. Aku membuat benteng tinggi dan tebal agar aku tak terluka lagi, agar sayapku yang masih utuh terjaga. Aku tak mau sayapku patah lagi. Sepi.

Luka Hadir untuk Menyapa

Sedikit kesal melihat tubuh penuh luka, ada yang meninggalkan bekas tanpa rasa sakit, tidak jarang pula meninggalkan bekas dengan rasa sakit. Semakin sering terluka, semakin luka banyak tampak dan berkata "Hai." Ketika luka terlihat, ia seakan membuat aku melompat menuju waktu yang entah kapan, "Ah, ini luka yang aku dapat ketika aku terkena air mendidih" "Ah, ini luka karena tertusuk serbuk kayu."  "Ini luka yang aku dapat karena tersayat sebilah pisau." "Ini luka karena tersundut sebatang rokok."  "Luka ini bikin aku menangis tujuh hari depalan malam." "Luka ini paling sakit, luka karena jatuh dari pohon." Kemudian, aku mengerti, ketika luka mulai mengering hingga membekas, sesekali luka ingin menampakkan diri untuk menyapa. Ia berkata, "Aku luka karena terbakar, jangan bermain api lagi ya." "Aku ini luka yang baru sembuh, jangan sampai kamu jatuh lagi ya." "Ah, ternyata luka yang paling ...