Terlahir sebagai anak sulung bukan harapan, aku terbiasa untuk terpaksa berpura-pura mengerti apa yang terjadi. Terlahir sebagai anak sulung, bukan sebuah pilihan, aku terbiasa untuk pura-pura tidak kesakitan walau aku memiliki luka. Terlahir sebagai anak sulung, bukan hal istimewa, aku berpura-pura menjadi dewasa bahkan ketika anak kecil dalam diri memberontak. Terlahir sebagai anak sulung bukan keinginan, aku terbiasa untuk mengalah walau aku tidak ingin kalah. Sebagai anak sulung, memang aku tidak diberikan tanggung jawab untuk menjaga. Namun, aku tetap merasa bertanggung jawab untuk selalu ada. Merasa bersalah dan menyalahkan diri sudah tiada hentinya aku lakukan, apapun yang kesalahan yang terjadi, mengutuk diri menjadi satu-satunya pilihan. Aku si Sulung terbiasa diam dalam kotak, asing untuk bercerita bahwa terjebak dalam kesulitan. Hal yang tidak asing bagi si Sulung hanya kesepian dan yang mampu dilakukan hanya memberikan dirinya sendiri pelukan. Aku, si Sulung menip...