"Iced red velvet latte satu, Mbak." Iced red velvet latte aku pesan untuk aku sendiri. Hari itu, aku hanya ingin setidaknya ada sedikit kehadiran temanku hari ini. Dia, temanku yang menghilang, satu-satunya temanku yang tergila-gila dengan minuman yang terinspirasi dari dessert ini.
Duduk di ujung ruangan cafe berhadapan langsung dengan hujan yang hanya dibatasi jendela besar, aku menatap iced red velvet latte yang entah mengapa terlihat pilu, "Dia sedih kah?"
Hari itu, sedikit, hanya sedikit saja, aku ingin ada dia di sini, di hadapanku. Aku ingin melihat dia meminum iced red velvet latte kesukaannya. Aku ingin merasa pusing mendengar dia protes karena rasa iced red velvet latte yang dia pesan terlalu manis. Aku ingin dia menceritakan cerita yang belum sempat aku dengar. Aku ingin tertawa mendengar jokes payah yang biasa dia lontarkan. Aku ingin mendengar keluhan dia tentang banyak hal. Aku ingin melihat dia tertawa. Aku ingin dia di sini, sekarang. Aku hanya ingin menatap temanku yang sekarang entah apa kabarnya.
Entah apa yang terjadi, tiba-tiba waktu kami menghilang atau mungkin habis? Terserah, dimanapun dia, bagaimanapun keadaannya, dan apapun yang sedang dilakukannya, semoga dia tetap seperti minuman kesukaannya, iced red velvet latte. Walau dingin, aku harap dia selalu menjadi anak yang manis.
Comments
Post a Comment