Skip to main content

Bertahap

Setelah empat tahun aku sekolah di fakultas psikologi, salah satu hal terbesar yang memengaruhi hidupku adalah pembelajaran mengenai pentingnya mengenal diri sendiri. Menurutku mengenal diri sendiri bisa banget bantu kita untuk tahu kapasitas kita dari berbagai aspek yang akhirnya dapat memudahkan kita melakukan pengambilan keputusan untuk mewujudkan keinginan kita secara rasional dan lebih sehat.

Aku akhirnya bisa “kenal” salah satu karakter diriku sendiri, aku suka keteraturan, aku suka tahapan, aku lebih suka menjalankan sesuatu “on track”, aku pribadi yang well-prepared. Jeleknya, ketika ada hal yang “keluar dari rencana” dan “keluar jalur” aku bisa stress dan merasa terganggu. Hal itu juga jadi memengaruhi aku dalam mengganti caraku dalam mewujudkan “goals” hidupku. Dulu, aku selalu menaruh harapan jauh kedepan supaya aku harus jadi ini-itu, akhirnya ketika salah satu step gagal, aku kecewa berat dan stress. Aku merasa keseluruhan hidupku gagal.

Kemudian, I set my own goals step by step. Aku “memecah” tujuan hidupku jadi beberapa bagian yang sederhana dan berjangka pendek. Tahun lalu, aku Cuma punya goals untuk bisa lulus sidang di tahun 2020. Hanya itu. Sampai akhirnya aku cuman fokus untuk mewujudkan itu, ketika hal ini udah terwujud, aku reset “goals”ku misalkan dari sekarang hingga dua tahun kedepan aku memulai karirku dan pastinya aku juga punya tujuan tertentu untuk karierku, sampai akhirnya kalau aku sampai di titik itu, aku akan kembali buat “goals” untuk lima-tujuh-dan sepuluh tahun kedepan secara bertahap.

Menurutku mengatur “goals” hidup secara bertahap terasa lebih rasional. Aku juga jadi merasa lebih fokus, lebih hidup dan lebih sehat karena meminimalisir hal-hal tidak terduga keluar dari “track” yang seharusnya yang bisa bikin emosiku jadi nggak karuan. Mengatur “goals” secara bertahap dan sederhana juga bikin aku nggak banyak berekspektasi sama diriku sendiri sehingga aku nggak merasa “kegagalan dalam satu proses” itu sebagai keseluruhan dalam aspek hidupku gagal.

Aku harap, temen-temen juga yuk mulai sekarang mengenal diri sendiri. Kenali kesukaan, hal yang nggak disuka, kapasitas diri, aspek positif dari diri kita masing-masing. Demi jiwa dan mental yang lebih sehat!

Comments

Popular posts from this blog

Apa Salahnya Menjadi Biasa?

"Emang kenapa kalau hidupku nggak luar biasa?" "Apa salahnya menjadi biasa?" Ketika teman sebaya sudah kesana-kemari dengan kabar bahwa gajinya sudah dua digit, membuka laman sosial media disambut dengan postingan banyak teman yang sudah menikah dan menyiapkan MPASI untuk bayinya, berjabat tangan dengan teman yang sudah mendapatkan pencapaian luar biasa dengan mengisi webinar, lebih jauh lagi ada yang sedang melihat katalog rumah dan membeli rumah, menengok kanan-kiri ada teman yang sedang membicarakan mobil barunya yang berwarna silver, belum lagi ada yang sedang mengikuti kelas dan melanjutkan sekolah, atau postingan teman sebaya mirror selfie dengan lanyard Gucci menggantung di leher dan bersepatu tory burch. Sementara aku, hanya duduk bersebelahan dengan kegagalan. "Kenapa aku nggak bisa kayak gitu ya? Tapi emang apa salahnya kalau nggak kayak gitu? Apa salahnya menjadi biasa?"  Apa salahnya nggak punya gaji dua digit? Apa salahnya belum beli rumah...

Persimpangan Dilema

Dilema.  Setiap manusia pastinya pernah merasakan dilema, karena memang dilema ini mungkin salah satu bumbu kehidupan. Makna dilema di KBBI didefinisikan sebagai situasi sulit yang mengharuskan orang menentukan pilihan antara dua kemungkinan yang sama-sama tidak menyenangkan atau tidak menentukan; situasi yang sulit dan membingungkan.  Lalu bagaimana jika kita diselimuti oleh rasa ragu? Bagaimana jika kita diharuskan memilih dari dua pilihan yang sulit? Bagaimana jika kita dihadapkan oleh persimpangan dilema? Apa sekiranya yang akan kita lakukan? Jika kita ada di persimpangan dilema, apa yang akan kita pilih? Terus berjalan, berhenti, atau berbalik arah? Mungkinkah belok kanan atau kiri?  Menurut Goldstein (2007) salah satu alasan pengambilan keputusan manusia dipengaruhi oleh  framing effect. Framing effect  adalah pengambilan keputusan dipengaruhi oleh bagaimana pilihan-pilihan dari penyelesaian masalah tersebut disajikan. Ada dua bentuk dari  framing eff...

Luka Hadir untuk Menyapa

Sedikit kesal melihat tubuh penuh luka, ada yang meninggalkan bekas tanpa rasa sakit, tidak jarang pula meninggalkan bekas dengan rasa sakit. Semakin sering terluka, semakin luka banyak tampak dan berkata "Hai." Ketika luka terlihat, ia seakan membuat aku melompat menuju waktu yang entah kapan, "Ah, ini luka yang aku dapat ketika aku terkena air mendidih" "Ah, ini luka karena tertusuk serbuk kayu."  "Ini luka yang aku dapat karena tersayat sebilah pisau." "Ini luka karena tersundut sebatang rokok."  "Luka ini bikin aku menangis tujuh hari depalan malam." "Luka ini paling sakit, luka karena jatuh dari pohon." Kemudian, aku mengerti, ketika luka mulai mengering hingga membekas, sesekali luka ingin menampakkan diri untuk menyapa. Ia berkata, "Aku luka karena terbakar, jangan bermain api lagi ya." "Aku ini luka yang baru sembuh, jangan sampai kamu jatuh lagi ya." "Ah, ternyata luka yang paling ...