Skip to main content

Aku Tidak Ingin (takut) Mati

 Ada beberapa titik dimana aku ingin mengakhiri hidupku, aku ingin selesai. Aku cukup lelah dan ingin menyerah. Aku... hanya tidak mau melanjutkannya lagi.

Sampai akhirnya datang hari ini, hari dimana aku sadar bahwa ternyata aku tidak mau mati, aku hanya ingin keluar dari perasaan yang tidak nyaman, aku hanya ingin merasa bebas. Hari ini datang, hari ini aku sadar ternyata aku takut mati. Aku ingin hidup, ternyata aku suka hidupku. Aku suka ketika aku bernapas, ketika aku merasa menang.

Ternyata aku tidak mau berhenti, aku mau terus berlanjut, aku ingin hidupku.

Aku masih ingin makan dimsum favoriteku, meminum es kopi kesukaanku, berbicara banyak tentang makanan bersama temanku. Aku masih ingin memasak ayam suwir kebanggaanku, aku masih ingin mendatangi kedai sushi kesukaanku, aku masih ingin bubble tea. Aku masih ingin melakukan semua itu.

Aku masih ingin bercengkrama dengan adikku, membicarakan grup K-pop kesukaan kami berdua hingga tengah malam. Aku masih ingin bertengkar dengan adik, aku masih ingin mencubit adik. Aku ingin selalu berpergian dengan adik. Aku masih ingin beradu argumen dengan papa, aku masih ingin membuat papa kesal, aku masih ingin membuat papa khawatir jika aku belum pulang ke rumah. Aku ingin selalu mengingatkan papa untuk berobat ke dokter. Aku masih ingin perang dingin dengan ibu, aku masih ingin membuat ibu mengomel. Aku selalu ingin bersama ibu, melakukan apapun, belanja apapun, bertengkar soal apapun.

Aku masih ingin tertawa dengan teman-teman, bergosip dan membual tentang hal-hal kecil. Aku masih ingin bernyanyi dengan teman-teman, aku masih ingin membicarakan laki-laki yang aku suka kepada teman-temanku. Aku masih ingin membicarakan diriku dan hidupku kepada teman-temanku. Aku selalu ingin melakukan apapun dengan teman-teman.

Aku ingin bekerja, aku ingin sekolah lagi, aku ingin melakukan apa yang belum pernah aku lakukan. Aku ingin menonton konser grup K-Pop kesukaanku, aku ingin berpergian. Aku selalu ingin melihat matahari terbit dan tenggelam. Aku masih ingin melakukan hal-hal yang selalu aku lakukan.

Aku ternyata takut meninggalkan itu semua, aku tidak mau meninggalkan itu semua. Ternyata sebenar-benarnya aku tidak mau berakhir. Aku masih ingin disini, menikmati udara yang terkadang memang menyesakkan. 

Aku ingin bertahan.

Comments

Popular posts from this blog

Apa Salahnya Menjadi Biasa?

"Emang kenapa kalau hidupku nggak luar biasa?" "Apa salahnya menjadi biasa?" Ketika teman sebaya sudah kesana-kemari dengan kabar bahwa gajinya sudah dua digit, membuka laman sosial media disambut dengan postingan banyak teman yang sudah menikah dan menyiapkan MPASI untuk bayinya, berjabat tangan dengan teman yang sudah mendapatkan pencapaian luar biasa dengan mengisi webinar, lebih jauh lagi ada yang sedang melihat katalog rumah dan membeli rumah, menengok kanan-kiri ada teman yang sedang membicarakan mobil barunya yang berwarna silver, belum lagi ada yang sedang mengikuti kelas dan melanjutkan sekolah, atau postingan teman sebaya mirror selfie dengan lanyard Gucci menggantung di leher dan bersepatu tory burch. Sementara aku, hanya duduk bersebelahan dengan kegagalan. "Kenapa aku nggak bisa kayak gitu ya? Tapi emang apa salahnya kalau nggak kayak gitu? Apa salahnya menjadi biasa?"  Apa salahnya nggak punya gaji dua digit? Apa salahnya belum beli rumah...

Persimpangan Dilema

Dilema.  Setiap manusia pastinya pernah merasakan dilema, karena memang dilema ini mungkin salah satu bumbu kehidupan. Makna dilema di KBBI didefinisikan sebagai situasi sulit yang mengharuskan orang menentukan pilihan antara dua kemungkinan yang sama-sama tidak menyenangkan atau tidak menentukan; situasi yang sulit dan membingungkan.  Lalu bagaimana jika kita diselimuti oleh rasa ragu? Bagaimana jika kita diharuskan memilih dari dua pilihan yang sulit? Bagaimana jika kita dihadapkan oleh persimpangan dilema? Apa sekiranya yang akan kita lakukan? Jika kita ada di persimpangan dilema, apa yang akan kita pilih? Terus berjalan, berhenti, atau berbalik arah? Mungkinkah belok kanan atau kiri?  Menurut Goldstein (2007) salah satu alasan pengambilan keputusan manusia dipengaruhi oleh  framing effect. Framing effect  adalah pengambilan keputusan dipengaruhi oleh bagaimana pilihan-pilihan dari penyelesaian masalah tersebut disajikan. Ada dua bentuk dari  framing eff...

Luka Hadir untuk Menyapa

Sedikit kesal melihat tubuh penuh luka, ada yang meninggalkan bekas tanpa rasa sakit, tidak jarang pula meninggalkan bekas dengan rasa sakit. Semakin sering terluka, semakin luka banyak tampak dan berkata "Hai." Ketika luka terlihat, ia seakan membuat aku melompat menuju waktu yang entah kapan, "Ah, ini luka yang aku dapat ketika aku terkena air mendidih" "Ah, ini luka karena tertusuk serbuk kayu."  "Ini luka yang aku dapat karena tersayat sebilah pisau." "Ini luka karena tersundut sebatang rokok."  "Luka ini bikin aku menangis tujuh hari depalan malam." "Luka ini paling sakit, luka karena jatuh dari pohon." Kemudian, aku mengerti, ketika luka mulai mengering hingga membekas, sesekali luka ingin menampakkan diri untuk menyapa. Ia berkata, "Aku luka karena terbakar, jangan bermain api lagi ya." "Aku ini luka yang baru sembuh, jangan sampai kamu jatuh lagi ya." "Ah, ternyata luka yang paling ...