Skip to main content

Ayah dan Sambal Kecap

"Aku mau buat sambal kecap kesukaan Ayah!" Aku berjalan riang dengan sekantong tahu susu kesukaan aku dan ayah.

Hari ini, Ayah juga tidak ada di gerbang sekolah. Aku memutuskan untuk pulang berjalan kaki dan tidak lupa membeli tahu susu langganan kami. Tidak butuh waktu lama, hanya 15 menit aku sampai di rumah, "Ayah aku pulang, aku beli tahu susu, kita makan siang ya." Aku sibuk menyiapkan piring untuk kami makan siang. "Ayah, ayah mau sambal kecap?" kubuka lemari es untuk melihat apakah masih tersedia bahan sambal kecap yang paling ayah suka.

"Ayah, resep sambal kecap apa aja sih?" Aku berusaha mengingat resep yang paling Ayah suka. "Cabe rawit, bawang merah, jahe, cabe merah, lada, garam... Apa lagi ya? Oh, kecap!" Aku memotong bahan sambal kecap dengan hati riang, kucampur semua bahan sambal kecap dan kucicip "udah pas! Ayah pasti suka." 

Ayah kemana ya? Di kamar kah? Kok dari tadi nggak jawab aku ya. "Ayah? Yah? Ayo makan, sambal kecap, tahu susu dan nasi hangat sudah siap." Tetap tidak ada jawaban. Aku berjalan menuju kamar Ayah dengan perasaan tak menentu. Nggak mungkin. "Ayah?" Kubuka pintu kamar Ayah dan kosong... Nggak mungkin. Aku tidak sadar, aku bergumam dan menolak apa yang terjadi. Nggak mungkin.

"Ayah.. kok nggak ada?"

Aku baru ingat, sudah seminggu Ayah berpulang ke sisi Tuhan. Nggak mungkin, lagi-lagi aku lupa Ayah udah nggak ada di sini. 

Maaf, Ayah. Ketiadaan Ayah masih asing untuk aku, aku masih mengira bahwa Ayah ada. Aku masih lupa bahwa Ayah sudah tidak ada di kamar, sudah tidak bisa menjemputku ke sekolah, sudah tidak bisa di meja makan dan makan bersamaku. Ketiadaan Ayah adalah hal yang paling aneh. Ketiadaan Ayah adalah hal yang paling membingungkan karena Ayah tiba-tiba menghilang. 

Aku masih menolak bahwa Ayah tidak ada. Dan aku sendiri. 

Comments

Popular posts from this blog

Apa Salahnya Menjadi Biasa?

"Emang kenapa kalau hidupku nggak luar biasa?" "Apa salahnya menjadi biasa?" Ketika teman sebaya sudah kesana-kemari dengan kabar bahwa gajinya sudah dua digit, membuka laman sosial media disambut dengan postingan banyak teman yang sudah menikah dan menyiapkan MPASI untuk bayinya, berjabat tangan dengan teman yang sudah mendapatkan pencapaian luar biasa dengan mengisi webinar, lebih jauh lagi ada yang sedang melihat katalog rumah dan membeli rumah, menengok kanan-kiri ada teman yang sedang membicarakan mobil barunya yang berwarna silver, belum lagi ada yang sedang mengikuti kelas dan melanjutkan sekolah, atau postingan teman sebaya mirror selfie dengan lanyard Gucci menggantung di leher dan bersepatu tory burch. Sementara aku, hanya duduk bersebelahan dengan kegagalan. "Kenapa aku nggak bisa kayak gitu ya? Tapi emang apa salahnya kalau nggak kayak gitu? Apa salahnya menjadi biasa?"  Apa salahnya nggak punya gaji dua digit? Apa salahnya belum beli rumah...

Persimpangan Dilema

Dilema.  Setiap manusia pastinya pernah merasakan dilema, karena memang dilema ini mungkin salah satu bumbu kehidupan. Makna dilema di KBBI didefinisikan sebagai situasi sulit yang mengharuskan orang menentukan pilihan antara dua kemungkinan yang sama-sama tidak menyenangkan atau tidak menentukan; situasi yang sulit dan membingungkan.  Lalu bagaimana jika kita diselimuti oleh rasa ragu? Bagaimana jika kita diharuskan memilih dari dua pilihan yang sulit? Bagaimana jika kita dihadapkan oleh persimpangan dilema? Apa sekiranya yang akan kita lakukan? Jika kita ada di persimpangan dilema, apa yang akan kita pilih? Terus berjalan, berhenti, atau berbalik arah? Mungkinkah belok kanan atau kiri?  Menurut Goldstein (2007) salah satu alasan pengambilan keputusan manusia dipengaruhi oleh  framing effect. Framing effect  adalah pengambilan keputusan dipengaruhi oleh bagaimana pilihan-pilihan dari penyelesaian masalah tersebut disajikan. Ada dua bentuk dari  framing eff...

Luka Hadir untuk Menyapa

Sedikit kesal melihat tubuh penuh luka, ada yang meninggalkan bekas tanpa rasa sakit, tidak jarang pula meninggalkan bekas dengan rasa sakit. Semakin sering terluka, semakin luka banyak tampak dan berkata "Hai." Ketika luka terlihat, ia seakan membuat aku melompat menuju waktu yang entah kapan, "Ah, ini luka yang aku dapat ketika aku terkena air mendidih" "Ah, ini luka karena tertusuk serbuk kayu."  "Ini luka yang aku dapat karena tersayat sebilah pisau." "Ini luka karena tersundut sebatang rokok."  "Luka ini bikin aku menangis tujuh hari depalan malam." "Luka ini paling sakit, luka karena jatuh dari pohon." Kemudian, aku mengerti, ketika luka mulai mengering hingga membekas, sesekali luka ingin menampakkan diri untuk menyapa. Ia berkata, "Aku luka karena terbakar, jangan bermain api lagi ya." "Aku ini luka yang baru sembuh, jangan sampai kamu jatuh lagi ya." "Ah, ternyata luka yang paling ...